Hewan-hewan itu, bukannya malah lestari, tapi malah terancam punah karena diburu dan habitatnya mulai rusak akibat ulah dari manusia yang tak bertanggung jawab.
Dari banyaknya binatang tersebut, merdeka.com akan mencoba merangkum beberapa binatang yang disinyalir saat ini hampir mengalami kepunahan di setiap daerahnya, khususnya di Sumatera. Berikut 5 Binatang Langka yang Tercancam Punah di Pulau Sumatera Indonesia seperti dikutip merdeka:
1. Harimau Sumatera
Forum Harimau Kita (FHK) melansir hewan dengan nama latin Panthera Tigris Sumatrae itu diperkirakan berjumlah sekitar 250 ekor. Padahal data 1978 jumlahnya mencapai 1.000 ekor. Namun sembilan tahun kemudian, pada 1987 populasinya berkurang menjadi 500 ekor. Jumlah itu bertahan selama 5 tahun, 1992, lalu kembali turun menjadi 250 ekor pada 2010.
Sementara itu, data World Wildlife Fund (WWF) menyebut satwa endemik Indonesia yang populasinya saat ini tersebar dalam populasi-populasi kecil di dalam dan di luar kawasan konservasi di Sumatera, itu jumlahnya antara 300 sampai 400 ekor. Jumlahnya akan terus berkurang karena perburuan dan kerusakan hutan.
Ramalan WWF itu bisa jadi benar, mengingat perburuan harimau Sumatera masih terjadi hingga kini. Contohnya baru-baru ini, Tim Perlindungan Harimau Sumatera menemukan aktivitas perburuan di kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Provinsi Jambi.
"Berdasarkan jenis jerat aktif yang ditemukan oleh tim, pelakunya adalah pemburu harimau profesional," kata Manager Lapangan Perlindungan Harimau dan Konservasi TNKS Dina Risdianto beberapa waktu lalu.
Dina melanjutkan, berdasar data hasil Operasi Sapu Jerat Tim Tiger Protection and Conservasi Unit TNKS, sementara ini mereka menemukan sebanyak 14 jerat harimau aktif tersebar di kawasan TNKS dekat perbatasan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Dia juga meyakini bahwa pelakunya berbeda-beda dan datang dari mana saja.
Alasannya, jerat ditemukan tersebar hampir merata. Bila hal itu dibiarkan, bukan tidak mungkin populasi Harimau Sumatera akan semakin menurun, mirip nasib populasi harimau Jawa atau Bali. Bayangkan saja, sepanjang 2013, mulai Januari hingga Juli, pengelola hutan telah menemukan 37 jerat harimau aktif.
Lokasi penemuan jerat harimau memang tersebar di beberapa lokasi, antara lain di hutan penyangga TNKS di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dan sisanya, tiga jerat dalam kawasan TNKS di Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Kemudian ada 29 jerat di kawasan hutan produksi sekitar TNKS di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu.
2. Orangutan Sumatera
Beberapa waktu yang lalu belasan aktivis ProFauna dan Yayasan Ekosistem Lestari melakukan kampanye Ride for Orangutan di Bundaran Majestik, Jalan Gatot Subroto, Medan, Selasa (7/5). Mereka mengampanyekan penyelamatan orangutan dan hutan Sumatera.
Dalam aksinya, para aktivis membawa spanduk dan poster. Tak hanya itu, sebagian di antara mereka mengenakan kostum orangutan dan melakukan aksi teatrikal yang mempertontonkan tewasnya fauna dilindungi itu. Sontak kampanye ini mendapat perhatian dari para pengguna jalan.
"Aksi matinya orangutan di jalanan ini menggambarkan rusaknya hutan habitat orangutan," ujar Ketua ProFauna Rosek Nursahid di Medan, Selasa (7/5).
Rosek menambahkan, rusaknya hutan habitat orangutan di Sumatera juga melibatkan pihak asing. "Mereka terlibat melalui perusahaan lokal Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan dan pertambangan. Jika ini dibiarkan, maka hutan Sumatera akan hilang total," ucapnya.
Rosek menilai cepatnya kerusakan hutan di Indonesia, terutama di Sumatera, diakibatkan kebijakan pemerintah yang mendua. "Di satu sisi, pemerintah mengajak masyarakat untuk melakukan penghijauan, tapi di sisi lain pemerintah memberikan izin pengelolaan hutan," ucap Rosek Nur Sahid.
3. Gajah Sumatera
Angka ini ternyata terus bertambah. Tanggal 31 Mei 2013 Tim Pemasangan GPS Collar WWF-Indonesia, menemukan lagi dua gajah Sumatera mati di kawasan Tesso Nilo. Temuan dua ekor bangkai gajah tersebut, masing-masing seekor jantan dewasa di lahan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Sektor Ukui dan seekor betina dewasa ditemukan di dalam batas wilayah Taman Nasional Tesso Nilo.
Belakangan beredar foto tragis bangkai gajah Sumatera mati tanpa kepala karena dimutilasi. Binatang berbelalai endemik Indonesia yang populasinya kian menyusut tersebut dikabarkan mati karena diburu, kemudian dipotong kepalanya untuk diambil gadingnya.
Pada 2012 lalu, WWF sempat mencatat 30 kasus perburuan gajah di kawasan hutan Aceh, masih di kawasan hutan Aceh Tengah--lokasi penemuan bangkai gajah jantan yang mati dengan kepala dimutilasi seperti dalam foto yang beredar kemarin. Menurut Sunarto, ada kemiripan dalam kasus yang terjadi pada 2012 lalu dengan kasus penemuan bangkai gajah kemarin.
Bangkai gajah sama-sama jantan, ditemukan mati tanpa gading. Para pemburu gajah yang sadis. Rata-rata mereka profesional, makanya jarang tertangkap. Cara mereka mendapatkan gading dengan membunuh gajah jantan, kemudian mengambil gadingnya. "Kalau yang buru-buru lebih sadis lagi, mereka memutilasi kepala gajah, lalu membawanya pulang. Di rumah, baru gadingnya diambil," terangnya.
Kasus yang terjadi di Aceh tengah tersebut mengindikasikan bahwa pemburu ingin mendapatkan gading dengan cepat. Mereka takut perbuatanya ketahuan, sehingga mereka langsung saja memenggal kepala gajah lalu dibawa pulang. "Gading gajah ini harganya memang mahal. Kami berharap pemerintah lebih serius lagi menyelamatkan gajah Sumatera. Kami harap dibentuk lah inteligen gajah," ujarnya.
4. Badak Sumatera
Dilansir dari Softpedia, kesepakatan yang terbentuk dari pertemuan tersebut adalah pihak Malaysia bersedia meminjamkan badak liar mereka untuk dikirim ke hutan Sumatera guna melakukan program pembuahan dengan badak asli Sumatera.
"Kami dan pihak konservasi badak sumatera di Indonesia akan mengusahakan persetujuan dari pihak pemerintah Malaysia untuk melakukan hal yang terbaik demi menyelamatkan spesies badak Sumatera di Indonesia," ujar Laurentius Ambu selaku perwakilan dari Sabah Wildlife Department, Malaysia.
Ambu juga menambahkan jika peminjaman badak dari Malaysia oleh Indonesia ini sudah menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan spesies badak Sumatera, maka hal ini sepatutnya harus dilaksanakan sedari sekarang.
5. Tapir Sumatera
Belakangan ini populasinya semakin menurun. Binatang ini terancam punah karena adanya penebangan liar hutan-hutan oleh manusia. Sehingga hutan menjadi gundul dan mengakibatkan banjir. Akibatnya habitat-habitat binatang yang ada di hutan tersebut banyak yang mati.
Dalam masalah ini, hanya Suaka Marga Satwa lah yang ditunjuk sebagai kawasan penting bagi perlindungan binatang hampir punah tersebut. Bukan hanya badak, gajah dan harimau saja yang dilindungi, tapi Tapir juga merupakan salah satu binatang satwa yang harus dilindungi karena terancam punah.
Tina Kartika 18 Jul, 2013
-
Source: http://www.lihat.co.id/2013/07/5BinatangLangkayangTercancamPunahdiPulauSumateraIndonesia.html
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
0 komentar:
Plaas 'n opmerking